Munculnya Al-Imam Al-Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul
tanpa sebab dan tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah
pada alam ini, yakni melalui proses yang menuju ke arah sana.
Menjelaskan hal itu, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan:
“…Nabi memberikan kabar gembira tentang akan datangnya seseorang dari
keluarganya dan beliau menyebutkannya dengan sifat-sifat yang menonjol.
Di antara yang sifat terpenting adalah bahwa beliau berhukum dengan
Islam dan menebarkan keadilan di antara manusia.
Jadi, pada hakikatnya beliau termasuk para mujaddid yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala munculkan di penghujung tiap 100 tahun, sebagaimana
telah shahih berita (tentang hal ini) dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini (keberadaan mujaddid di tiap satu abad) juga bukan berarti
tidak perlu berupaya mencari ilmu dan mengamalkannya untuk memperbarui
agama. Sehingga, akan keluarnya Al-Mahdi tidaklah berarti
bermalas-malasan karenanya, serta tidak bersiap atau beramal untuk
menegakkan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi. Bahkan
sebaliknya (beramal) itulah yang benar, karena Al-Mahdi tidak mungkin
upayanya lebih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang selama 23 tahun berbuat untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan
menegakkan negaranya.
Maka kira-kira apa yang akan dilakukan Al-Mahdi seandainya ia muncul
dan mendapati kaum muslimin dalam kondisi terpecah, berkelompok-kelompok
dan ulama mereka (muncul) –kecuali sedikit dari mereka– (karena)
orang-orang telah menjadikan mereka sebagai para pemimpin. Tentu
(Al-Mahdi) tidak akan dapat menegakkan negara Islam kecuali setelah
mempersatukan kalimat mereka dan menyatukan mereka dalam satu barisan
serta dalam satu bendera.
Dan ini –tanpa diragukan– membutuhkan waktu yang panjang, Allah Maha
Tahu tentangnya. Syariat serta akal, keduanya mengharuskan agar
orang-orang yang ikhlas dari kalangan muslimin menjalankan kewajiban
ini. Sehingga manakala Al-Mahdi keluar, tiada kebutuhan kecuali tinggal
menggiring mereka kepada kemenangan. Kalaupun belum keluar, maka mereka
pun telah melakukan kewajiban mereka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
“Dan katakanlah: ‘Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalan kalian itu’.” (At-Taubah: 105) [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/42-43]
Wallahu a’lam.
1 Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Bendera itu bukanlah
yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti
Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang
mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)
Bukan pula pasukan Thaliban yang di Afghanistan, sebagaimana yang
disebut dalam poster berjudul Huru-Hara Akhir Zaman karya Amin Muhammad
Jamaludin yang laris itu. Selebaran itu sendiri sarat dengan berbagai
ramalan dan takwil (baca: penyelewengan makna) hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda hari kiamat. Hendaknya
kaum muslimin tidak lekas terkesima dengan takwil semacam itu.
Sebagaimana pula hal ini tidak berarti mengingkari hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peristiwa akhir zaman.
Dikutip dari www.asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc. Judul: Mengenal Al-Imam Al-Mahdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar