Rabu, 31 Oktober 2012

Teknik Lighting fotografi

Pemicu tulisan ini adalah pertanyaan seorang teman yang memiliki online shop.Dia  ingin tahu, kenapa foto-foto produk yang dibuatnya tampil  kurang maksimal dibandingkan dengan foto-foto yang ditampilkan di situs lain, padahal kamera yang digunakan sama-sama kamera poket 10 MP. Biasanya, jika ada pertanyaan seperti ini, saya akan memberi jawaban singkat dan mempersilakan untuk membaca detail lebih lanjut di blog ini.
Setelah membandingkan foto0foto yang dimaksud, saya lihat masalahnya ada pada pencahayaan. Dan ternyata soal tulisan tentang pencahayaan di blog ini juga masih kurang. Masalahnya, pembahasan soal cahaya ini akan memerlukan ribuan halaman. Jadi saya pikir, saya akan tuliskan dasarnya saja, sedangkan untuk detail pendukungnya, saya akan kumpulkan semua referensi yang saya punya dalam sebuah CD khusus yang berisi e-book & video tutorial tentang cahaya & pencahyaan.

Istilah fotografi adalah gabungan 2 kata bahasa Yunani phos (cahaya) dan graphe (garis atau gambar). Jadi faktor cahaya (light) memegang peran penting dalam fotografi.  Sebuah foto akan tampak indah jika mendapat cahaya yang cukup bagus. Semua setting yang kita lakukan dalam aperture, shutter speed dan ISO sebenarnya merujuk pada usaha untuk mendapatkan cahaya yang cukup.
Cahaya yang seperti apa yang diharapkan dalam sebuah pemotretan sebetulnya sangat bergantung pada kesan apa yang ingin ditimbulkan dan bagaimana komposisi yang diharapkan dari cahaya & bayangan dalam foto.
Untuk awal, yang harus diperhatikan dari cahaya adalah:
1.      Intensitas, seberapa kuat cahaya tersebut. Cahaya yang sangat kuat akan menimbulkan bayangan yang jelas (harsh) sedangkan cahaya yang lemah akan menimbulkan bayangan yang lembut (soft). Pada pemotretan di luar ruang, cahaya alami (matahari) akan tersedia sejak terbit matahari (skitar 05.00) hingga senja (sekitar 18.00), adapun cahaya dengan intensitas tinggi akan diperoleh pada 09.00-15.00.
2.      Arah datang cahaya, ini akan berpenguh pada metering dan komposisi hilight & shadow pada obyek. Arah datang cahaya secara jelas akan mempengaruhi arah dan ukuran bayangan. Pada pemotretan model, arah datangnya cahaya juga memperngaruhi ekspresi model.
3.      Spektrum, atau banyaknya ‘warna’ yang terkandung dalam cahaya. Cahaya matahari yang berwarna putih kekuningan sebetulnya merupakan gabungan dari banyak spektrum warna, beberapa di antaranya mungkin anda ingat sebagai jajaran warna pelangi mejikuhibniu, tapi sebetulnya spektrum cahaya matahari lebih luas dari itu.

Adapun sumber pencahayaan dalam pemotretan dapat dibagi menjadi:
1.      Available light (ambient), yaitu cahaya yang ada atau tersedia pada saat pemotretan, baik berupa cahaya alami (sinar matahari) maupun cahaya buatan seperti lampu atau lilin yang tidak dikhususkan untuk tujuan pemotretan
2.      Artificial light, yaitu cahaya yang sengaja diadakan untuk tujuan pemotretan. Pencahayaan tipe ini dibedakan lagi menjadi 2 macam, yaitu:
(1)   Continuous source, yaitu sumber cahaya yang terus menerus menyala, misalnya lampu spot (studio light)
(2)   Uncontinuous source, yaitu sumber cahaya yang hanya menyala sesaat saat pemotretan, biasanya berupa flash/ blitz
Pembahasan masing-masing akan dibahas dalam tulisan berikutnya. Sabar ya :-)

Canon EOS 7D


Canon EOS 7D, Kameranya Para Fotografer ProfesionalDunia fotografi memang tidak akan pernah mati, dengan begitu para produsen kamera saling berlomba untuk menggaet konsumennya, mulai dari kalangan pemula hingga profesional. Seperti yang ditawarkan oleh Canon kali ini.

Canon EOS 7D, jika ditinjau dari serinya saja mungkin Anda bisa mengetahui bahwa kamera DSLR ini ditujukan untuk kalangan fotografer semi-pro hingga profesional. Meski harga yang ditawarkan cukup tinggi sekitar 19 jutaan rupiah (sudah termasuk lensa kit standard), namun sebanding dengan performa yang disuguhkan.

Kamera DSLR keluaran terbaru Canon ini dilengkapi dengan prosesor Dual DIGIC 4, sensor beresolusi 18MP dan didukung dengan sensor APS-C CMOS. Selain itu, masih banyak lagi fitur menarik yang ditawarkan pada Canon EOS 7D.

Di kelasnya, Canon EOS 7D diklaim akan menjadi pesaing tangguh. Pasalnya, spesifikasi yang dihadirkan Canon terbilang cukup mengejutkan. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Canon EOS 7D, mari kita telusuri satu-persatu.

Canon EOS 7D mengusung layar LCD 3 inci yang terlihat sangat jernih. Saat digunakan, layar mampu menyuguhkan tampilan dengan cukup baik dan jernih baik dari sisi kiri maupun kanan. Digunakan di bawah sorotan sinar matahari pun, layar Canon EOS 7D masih bisa terlihat denga sangat jelas.

Tombol-tombol pada bagian belakang bodi juga terbilang cukup pas dan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, seperti pada kebanyakan kamera DSLR lainnya, Canon EOS 7D juga memberikan grip berukuran besar pada bagian kiri yang terbuat dari bahan karet. Dengan begitu, Canon EOS 7D akan terasa lebih kokoh saat berada digenggaman.

Penggunaan dan kontrol tombol pada Canon EOS 7D memang tergolong lebih sulit ketimbang kamera keluaran rival. Namun hal ini tidak begitu menyulitkan, pasalnya Anda hanya membutuhkan waktu berlatih lebih lama sedikit agar terbiasa.

Bodi terbuat dari bahan magnesium-alloy yang biasa digunakan untuk membuat velg mobil, jadi Anda tidak perlu ragu dengan daya tahan bodi Canon EOS 7D. Sedangkan ditinjau dari performa dan hasil jepret yang disajikan, Canon EOS 7D dapat dijadikan andalan untuk mengabadikan momen-momen berharga dalam hidup Anda.

Meski Canon EOS 7D disebut sebagai kamera Digital SLR, kamera ini juga bisa setting dan dioperasikan secara manual. Namun bagi Anda yang belum terbiasa dengan kamera manual, ada baiknya Anda tetap menggunakan modus otomatis yang ditawarkan.

Sebagai kamera high-end, Canon EOS 7D sudah dilengkapi dengan 9 pengaturan kostumisasi manual, seperti sharpness, contrast, saturation, colour tone, dan seterusnya. Hasil jepret, Anda bisa menyimpannya dalam format JPEG ataupun RAW. Untuk resolusi, kamera ini juga menyediakan tiga pilihan mulai dari 4,5MP, 8MP hingga 17,9MP. Jadi Anda tidak perlu bingung, tinggal sesuaikan saja dengan kebutuhan.

Selain itu, Canon EOS 7D juga sudah menggandeng fitur perekam video HD dengan resolusi 1080p dan kecepatan frame antara 24, 25 atau 30fps. Sebagai kamera kelas atas, fitur perekam video HD sudah dilengkapi dengan pengaturan otomatis dan manual exposure.

Secara keseluruhan, kemampuan Canon EOS 7D cukup mengangumkan. Hasil foto yang ditampilkan dari lensa kit standard saja sudah terlihat bagus dan tajam, apalagi kalau Anda menggunakan lensa eksternal lain yang lebih bagus. Canon menjamin Anda tidak akan kehilangan momen penting, pasalnya Canon EOS 7D diklaim memiliki hasil jepret yang super cepat, sehingga Anda tidak perlu takut lagi dengan hasil jepret nge-blur. Selebihnya, Anda bisa menjajal sendiri kemampuan Canon EOS 7D yang menjanjikan hasil jepret mengangumkan ini.

Spesifikasi
Sensor: 18MP
Lensa: Canon EF/EF-S, 19 point autofocus
Layar: LCD 3 inci
Sensitivitas: Auto ISO (100-3200)
Resolusi: Foto 5184 x 3456 pixel, Video 1920 x 1080 pixel
Konektifitas: USB, Video output (PAL/NTSC), HDMI, N3, PC Sync Flash, Mini Jack Stereo, WFT-E5
File Format: JPEG, RAW, M-RAW, S-RAW, RAW+JPEG, M-RAW+JPEG
Baterai: Lithium-Ion LP-E6

(sukma)
Sumber: CBN

Minggu, 14 Oktober 2012

Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle ) Pada Fotografi


Dalam fotografi agar foto yang kita hasilkan memiliki nilai dan terkesan indah harus diperhatikan mengenai masalah penggunaan sudut pengambilan gambar yang baik. Dalam fotografi dikenal 3 sudut pengambilan gambar yang mendasar, yaitu:
§   Bird Eye
Sudut pengambilan gambar ini, posisi objek dibawah / lebih rendah dari kita berdiri. Biasanya sudut pengmbilan gambar ini digunakan untuk menunjukkan apa yang sedang dilakukan objek (HI), elemen apa saja yang ada disekitar objek, dan pemberian kesan perbandingan antara overview (keseluruhan) lingkungan dengan POI (Point Of Interest).
§   High Angle
Pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari objek foto.
§   Eye Level
Sudut pengembilan gambar yang dimana objek dan kamera sejajar /  sama seperti mata memandang. Biasanya digunakan untuk menghasilkan kesan menyeluruh dan merata terhadap background sebuah objek, menonjolkan sisi ekspresif dari sebuah objek (HI), dan biasanya sudut pemotretan ini juga dimaksudkan untuk memposisikan kamera sejajar dengan mata objek yang lebih rendah dari pada kita missal, anak – anak.
§   Low Angle
Pemotretan dilakukan dari bawah. Sudut pemotretan yang dimana objek lebih tinggi dari posisi kamera. Sudut pengembilan gambar ini digunakan untuk memotret arsitektur sebuah bagunan agar terkesan kokoh, megah dan menjulang. Namu, tidak menutup kemungkinan dapat pula digunakan untuk pemotretan model agar terkesan elegan dan anggun.
§   Frog Eye
Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan untuk memotret flora dan fauna.

Field Of View
Beberapa jenis komposisi yang umum digunakan dari segi ukuran (field of view) yang akan diambil adalah sebagai berikut :
a. Extreme Close Up
Pengambilan gambar yang sangat dekat sekali dengan objek, sehingga detil objek seperti pori-pori kulit akan jelas terlihat.
b. Head Shot
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga dagu.
c. Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga bahu.
d. Medium Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dada.
e. Mid Shot (setengah badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga pinggang.
f. Medium Shot (Tiga perempat badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga lutut.

g. Full Shot (Seluruh Badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga kaki.

h. Long Shot
Pengambilan gambar dengan memberikan porsi background atau foreground lebih banyak sehinnga objek terlihat kecil atau jauh.


Beberapa jenis komposisi dari segi banyaknya manusia sebagai objek yang difoto adalah sebagai berikut :
a. One Shot
Pengambilan gambar untuk satu orang sebagai objek.
b. Two Shot
Pengambilan gambar untuk dua orang sebagai objek.
c. Three Shot
Pengambilan gambar untuk tiga orang sebagai objek.
d. Group Shot
Pengambilan gambar untuk sekelompok orang sebagai objek.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar, diantaranya
v  Headroom, merupakan ruang diatas kepala yang berfungsi membatasi bingkai dan bagian atas kepala objek.
v  Noseroom, arah pandang atau ruang gerak objek dalam sebuah frame, bertujuan untuk memberikan ruang pandang sehingga terkesan bahwa objek memang sedang melihat sesuatu.
v  Foreground, segala sesuatu yang menjadi latar depan dari objek.
v  Background, segala sesuatu yang menjadi latar belakang objek.
TIPS HUNTING
Persiapan Awal
1.    Siapkan kamera dan peralatan lain yang di butuhkan (seperti flash, tripot, filter, dll)
2.    Sebelum memulai hunting rencanankan konsep dan obyek apa yang akan diambil.

Pada Saat Hunting
1.    Ambil semua obyek yang memang ada dilokasi dan pikirkan pula apa yang akan di ceritakan pada foto yang akan diambil.
2.    Untuk pemula, mulailah hunting dengan obyek yang beragam dan dasar, seperti landscape, human interest, portrait, arsitektur,dll. Kemudian menuju jenis-jenis foto yang lebih mengarah ke jurnalistik seperti features, spot, essay dan stories.
Pasca Hunting
1.    Setelah hasil hunting jadi, lakukan evaluasi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari hunting kita.
2.    Yang terpenting, lakukan presentasi foto dan pameran untuk menunjukkan hasilhunting kita ke banyak orang.

KOMPOSISI DASAR PADA FOTOGRAFI



Dalam dunia fotografi tidak sedikit fotografer apalagi yang masih pemula, seolah terlena pada hal-hal yang bersifat teknis saja, seperti mengatur bukaan diafragma, pengaturan kecepatan, dan pengaturan jarak. Mungkin juga, selama ini tidak terpikirkan bahwa di dalam foto itu terkandung nilai-nilai tertentu yang dapat membuat foto itu bagus atau sebaliknya menjadi berantakan. Salah satunya adalah pengaturan komposisi. Mungkin belum pernah membayangkan, bahwa dengan pengaturan komposisi sesungguhnya dapat ditonjolkan subjek utama. Bahkan tidak jarang akan mendukung keberhasilan foto-foto yang kita buat.

Definisi Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi, foto akan tampak lebih menarik dan enak dipandang  dengan pengaturan letak dan perbandaingan objek-objek yang mendukung dalam suatu foto. Dengan demikian perlu menata sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu mengejutkan. Dalam komposisi selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian.

Tujuan Mengatur Komposisi Dalam Fotografi
1.    Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek foto.
2.    Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah kesatuan (unity) dalam karya.
3.    Melatih kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam pribadi pemotret.

Jenis-Jenis Komposisi :
Garis
Komposisi ini terbentuk dari pengemasan garis secara dinamis baik garis lurus, melingkar / melengkung. Biasanya komposisi ini bisa menimbulkan kesan kedalaman dan kesan gerak pada sebuah objek foto. Ketika garis-garis itu digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah foto menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.
Bentuk
Komposisi ini biasanya dipakai fotografer untuk memberikan penekanan secara visual kualitas abstrak terhadap sebuah objek foto. Biasanya bentuk yang paling sering dijadikan sebagai komposisi adalah kotak dan lingkaran.
Warna
Warna memberikan sebuah kesan yang elegan dan dinamis pada sebuah foto apabila dikomposisikan dengan baik. Kadang kala komposisi warna dapat pula memberikan kesan anggun serta mampu dengan sempurna memunculkan “mood color” (keserasian warna) sebuah foto terutama pada foto – foto “pictorial” (Foto yang menonjolkan unsur keindahan)
Gelap dan Terang
Komposisi ini sebenarnya dipakai oleh fotografer pada era fotografi analog masih berkembang pesat terutama pada pemotretan hitam putih. Namun, sekarang ini, ditengah – tengah era digital komposisi ini mulai diterapkan kembali. Kini pengkomposisian gelap dan terang digunakan sebagai penekanan visualitas sebuah objek. Kita dapat menggunakan komposisi ini dengan baik apabila kita mampu memperhatikan kontras sebuah objek dan harus memperhatikan lingkungan sekitar objek yang dirasa mengganggu yang sekiranya menjadikan permainan gelap terang sebuah foto akan hilang.
Tekstur
Yaitu tatanan yang memberikan ksan tentang keadaan prmukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut,dsb). Tekstur akan tampak dari gelap terang atau bayangan dan kontras yang timbul dari pencahayaan pada saat pemotretan.

Penerapan Komposisi Dalam Pemotretan
Dalam pengemasan sebuah foto agar terkesan dinamis dan menimbulkan keserasian perlu sebuah pemahaman tentang kaidah – kaidah tentang komposisi. Yang antara lain:
Ø   Rule of Thirds  (Sepertiga Bagian / Rumus Pertigaan)
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto

Ø   Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan satu moment dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik,
jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.

Ø   Format : Horizontal dan vertikal
Proposi pesrsegi panjang pada view vender pada kamera memungkinkan kita untuk memotret dengan menggunakan format landscape(horisontal) maupun portrait (vertikal). Format pengambilan gambar dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir.
Ø   Dimensi
Meskipun foto bercerita dua dimensi, yang artinya semua terekam diatas satu bidang. Namun, sebenarnya foto dapat dibuat terkesan memiliki kedalaman, seolah-olah dimensi ketiga. Unsur utama membentuk dimensi adalah jarak, Dimensi dapat terbentuk apabila adanya jarak, jika kita menampilkan suatu obyek dalam suatu dimensi maka akan terbentuk jarak dalam setiap elemennya. Untuk membuat suatu dimensi diperlukan adanya permainan ruang tajam, permainan gelap terang dan garis.

Tugas Softskil Bahasa Indonesia


Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya denan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
Pengertian ragam bahasa.
Macam-macam ragam bahasa.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.

Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa serta macam-macam ragam dalam bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa.

Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksdu dengan ragam bahasa.
Mahasiswa mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
Penggunaan ragam bahasa.
Contoh-contoh ragam bahasa.
PEMBAHASAN
Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan.
1.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:
a.Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b.Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c.Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d.Berlangsung cepat;
e.Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f.Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g.Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’

Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):

oTata Bahasa(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a.Ragam bahasa lisan:
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu

b.Ragam bahasa tulis:
- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.

o Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a.Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b.Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
a.Topik yang sedang dibahas,
b.Hubungan antarpembicara,
c.Medium yang digunakan,
d.Lingkungan, atau
e.Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut:
· Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
· Penggunaan kata tertentu,
· Penggunaan imbuhan,
· Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
· Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.

Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’
Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’

3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.

Ciri-ciri ragam ilmiah:
Bahasa Indonesia ragam baku;
Penggunaan kalimat efektif;
Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://macuy-marucuy.blogspot.com/2009/10/pengertian-ragam-bahasa-dan-hal-hal.html
Modul Bahasa Indonesia tentang Ragam Bahasa oleh Tri Wahyu

Sabtu, 06 Oktober 2012

Interaksi Manusia dan Komputer


PRINSIP USABILITY
Usability Merupakan masalah optimasi penggunaan sistem oleh pengguna.Sistem yang baik akan dipergunakan secara maksimal oleh pengguna sehingga semua kemampuan sistem tidak terbuang sia – sia.
Kemudian ada banyak cara mengukur usability, antara lain oleh:
• ISO,
• DIX (1993)
• DLL

Lalu ada Prinsip Usability Dix (Tahun 1993) terdiri dari :
• Learnability : kemudahan bahwa pengguna baru dapat menggunakan
interaksi secara efektif dan memperoleh maximal kinerja.
• Flexibility : ragam cara user dan sistem dapat bertukar informasi
• Robustness : dukungan untuk user agar dapat mencapai tujuan dengan baik.

Dalam hal ini, Prinsip Usability juga terdiri dari :
1. Human Ability
2. Human Capabilities
3. Proses
4. Memori
5. Observations
6. Problem Solving

1. Human Ability
• HUMAN ABILITIES terbagi menjadi 2, yaitu :
• BAIK
- Kapasitas Long Term Memory (LTM) tidak terbatas
- Durasi LTM tidak terbatas dan komplex
- Kemampuan memahami tinggi, Mekanisme konsentrasi powerful serta
Pengenalan pola pikir powerful

• BURUK
- Kapasitas Short Term Memory (STM) terbatas
- Durasi STM terbatas
- Akses yang tidak dapat diandalkan pada STM
- Proses yang cenderung salah dan lambat

2. Human Capabilities
Faktor manusia ini harus diperhatikan, karena dari sinilah desain yang lebih baik didapatkan. Dalam hal ini, user perlu mengetahui hal-hal berikut dalam merancang, seperti :
• Penginderaan / Panca indra (Mata, Telinga, Peraba)
• Proses informasi
• Sistem Motor

PENGLIHATAN / INDRA MATA (VISION)
Konsep penglihatan terdiri dari dua tahap :
•Penerimaan stimulus dari luar secara fisik
•Pemrosesan serta interpretasi dari stimulus tersebut

a.Kemampuan Penglihatan
Kemampuan Penglihatan terdiri dari :
• Sensivitas
• Ketajaman

b.Warna
• Warna dikaitkan dengan hue, intensitas, dan saturation


PENDENGARAN (HEARING)
• Sistem auditory memiliki kapasitas sangat besar untuk mengumpulkan
informasi lingkungan sekitar.
• Dapat mendengar objek apa saja yang ada di sekitar dan memperkira
kan kemana objek tersebut akan berpindah.

PERABA (TOUCH)
• Manusia menerima stimuli melalui kulit. Kulit memiliki tiga jenis sensor
penerima (sensory receptor), yaitu :Thermoceptor,Nociceptor,
Mechanoceptor

3. PROSES INFORMASI
Proses informasi pada manusia terdiri dari 3 sistem utama :
1. Perseptual :
- Menangani sensor dari luar
- Sebagai buffer untuk menampung masukkan yang diterima dari indera
manusia
- Diproses (diterima) untuk diteruskan ke otak (memori)

2. Kognitif : memproses hubungan keduanya
3. Sistem Motor : mengontrol aksi / respon (pergerakan, kecepatan,kekuatan)

4. MEMORI
• Memori menyimpan pengetahuan faktual dan pengetahuan prosedural.
Kemudian terdapat 4 tipe memori :

1. Perceptual Buffer (Memori Sensor)
- Terbatas kapasitasnya.
- Informasi yang masuk melalui indera tidak semua dapat diproses.
2. Short Term Memory (STM)
- Memori kerja menyimpan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat
atau sementara pada saat kita sedang melakukan pekerjaan.
- Dapat diakses dengan cepat, namun berkurang secara cepat pula
- Metode digunakan untuk mengukur kapasitas, yaitu berdasarkan :
a. Panjang suatu deret (sequence) yang dapat diingat secara terurut.
b. Kemampuan mengingat kembali item-item secara acak.

3. Intermediate
Menyimpan untuk ke LTM
4. Long Term Memory (LTM)
- Penyimpanan utama untuk informasi faktual, pengetahuan berdasarkan
eksperimen / pengalaman, aturan-aturan prosedur, tingkah laku, dsb.
- Kapasitasnya lebih besar, waktu akses yang lebih lambat, serta proses
hilangnya informasi lebih lambat.

Terdapat dua jenis LTM :
a. Memori Episodik
b. Memori Semantik

PENYELESAIAN MASALAH
• Setelah penyimpanan di LTM, kemudian diaplikasikan
• Penalaran (Reasoning) : proses pengambilan kesimpulan mengenai sesuatu
atau hal baru dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia.
Reasoning terdiri dari :
• Deduktif (Menarik kesimpulan secara logika dari premis yang diberikan)
• Induktif
- Men-generalisasi dari kasus sebelumnya untuk belajar tentang hal
baru
• Abduktif
- Penalaran dari sebuah fakta ke aksi atau kondisi yang mengakibatkan
fakta tersebut terjadi